Search This Blog

Hexatar - Make your own cartoon picture

03 August 2006

Computer Games, Berbahayakah?

Salah satu pandangan yang saya bawa ke alam pendidikan yang saya masuki setahun lalu adalah pandangan bahwa siswa (atau anak-anak) justru harus kita dorong untuk mampu dan senang bermain game komputer, bukan melarangnya. Salah satu hasil dari keyakinan itu adalah lab komputer sekolah yang saya pimpin saat ini tidak pernah sepi dari suara nyaring melodi game komputer yang dimainkan siswa (termasuk guru) baik dalam jam sekolah maupun diluar jam sekolah. Saya pun menuai kritik serta muka cemberut orang tua siswa yang menganggap bahwa game komputer, apapun alasannya, adalah negatif. Terutama bila dilihat dari sisi "ketagihannya".

Sulit untuk membuktikan keyakinan saya itu dalam waktu yang sangat singkat. Namun ada satu keadaan yang jelas saat ini, yaitu hampir tidak ada siswa di sekolah kami yang tidak mahir memainkan jari-jarinya diatas keyboard, semakin sedikit pula yang matanya cepat lelah didepan monitor komputer. Lebih nikmat lagi ketika menyaksikan anak-anak tadi berteriak kegirangan ketika memenangkan suatu pertandingan game online karena logika dia lebih tajam dibanding musuhnya, ataupun karena kecepatan jarinya memainkan mouse lebih cepat dibanding musuhnya.

Saya bukan penggemar game, bahkan game yang bisa saya mainkan sangat sedikit, apalagi memenangkannya. Namun saya sangat antusias mengamati perkembangan aplikasi game komputer yang berkembang, juga aktif mengamati perilaku anak-anak yang bermain game-game tersebut.

Kalaulah para orangtua mau meluangkan waktu sedikit saja untuk menyelami apa yang terjadi dengan perkembangan pikiran anak-anaknya dengan semakin ketagihannya mereka terhadap game komputer, pastilah mereka akan tercengang.

Saya adalah pengguna serius dari banyak aplikasi komputer mulai dari Microsoft Office hingga Adobe Premiere yang membutuhkan kemampuan teknis tinggi untuk dapat mengoperasikan serta memanfaatkannya untuk pekerjaan. Pada satu sisi, saya bahkan menikmati bekerja dan berkreasi dengan aplikasi-aplikasi serius tadi. Namun ketika saya harus dihadapkan pada aplikasi game Commandos yang dimainkan dengan fasihnya oleh keponakan saya yang kelas 4 SD, saya betul-betul bengong dan tidak mampu secara cepat mencerna logika dasar pengoperasian aplikasi itu.

Sebagai informasi, Comandos adalah suatu game komputer yang cukup populer dimana sebagai pemain, kita bertindak sebagai seorang komandan lapangan dari anggota pasukan khusus sekutu di PD II untuk menyusup dan menghancurkan pasukan Jerman. Permainan dibagi kedalam skenario-skenario tertentu dengan tingkat kesulitan berbeda-beda. Dengan kecanggihan teknologi, aplikasi game ini sangat nyata dan kita dapat mengontrol begitu banyak hal dari pasukan kita mulai dari peralatan yang dipakai, obat-obatan, cara memanjat/merayap, dll. Akibatnya? Control panel begitu rumitnya karena begitu banyak yang harus diatur.

Anda pernah pakai Microsoft Word untuk mengetik surat? Yang perlu anda ketahui hanyalah pengetahuan akan huruf abjad yang tertulis di keyboard serta beberapa fasilitas sederhana seperti menebalkan, memiringkan, membesarkan huruf. Benar? Untuk menjalankan Commandos, anda perlu berbagai variasi tombol keyboard untuk merayap, meloncat, mencabut pisau, menembakkan pistol, menembakkan bazooka, mengganti pakaian untuk menyamar, melempar granat, mengemudikan truk, berenang, menyelam, mengobati luka, dll... (masih banyak lagi fungsi lainnya). Pada saat bersamaan, pemain harus mengendalikan 4-5 anggota pasukannya yang tersebar di berbagai lokasi, sehingga terkadang layar harus dibagi 4-5 segmen.

Perlu saya ulangi, keponakan saya yang kelas 4 SD memainkan game ini dengan tingkat keterampilan yang sangat tinggi, semua variasi tombol keyboard untuk fungsi-fungsi tadi bisa dia hapal diluar kepala (karena kalau tidak dia pasti kalah). Yang lebih hebat lagi, otaknya bisa bekerja mengendalikan 4-5 orang anggota pasukan untuk bergerak bersamaan dengan tugas dan musuh berbeda-beda.

Dulu, bahkan sekarangpun masih terjadi di kantor-kantor, dimana kita sering uring-uringan karena masalah file yang kita buat tidak bisa tersimpan atau rusak, dsb. Problem kita masih pada tahap seperti itu. Tahap itu sudah terlampaui oleh anak-anak generasi Commandos ini. Mereka terlalu canggih untuk hanya direpotkan oleh masalah kecil seperti itu.

Ratusan bahkan ribuan anak seusia keponakan saya itu juga punya kemampuan yang sama dalam memainkan ribuan jenis game komputer yang dari hari ke hari semakin rumit saja. Fenomena apa ini?

Berinteraksi dengan komputer adalah masalah logika. Karena pembuat aplikasi (baik perkantoran maupun game) adalah orang dari negara maju yang pintar dan pemikirannya sudah sangat advance dan jauh dari cara berpikir kita, maka muncullah berbagai masalah ketika kita masih baru mulai berkenalan dengan komputer. Kalau anak-anak kita dengan mudahnya belajar dan memainkan game-game canggih yang ada, artinya (menurut pendapat saya) cara berpikir mereka atau logika berpikir mereka sudah sama dengan para pencipta game-game tersebut.

Apakah ini baik?

Tentu saja!

Dengan pemberian arah yang jelas terhadap anak-anak "berlogika internasional" ini, mereka akan tumbuh dengan sangat cepat dalam berinteraksi dengan program komputer secanggih apapun.

Jadi, menurut keyakinan saya, bermain game adalah suatu proses "fine tuning" (atau penyamaan frekuensi) dari logika berpikir anak-anak kita dengan logika berpikir aplikasi komputer yang canggih tadi. Pada saat bersamaan, game juga secara nyata mempertajam daya analisis anak-anak untuk mengolah informasi dan mengambil keputusan cepat yang jitu.

Namun, tentu saja kenyataan juga harus kita masukkan kedalam perhitungan. Kenyataan itu diantaranya adalah kecanduan anak yang akut terhadap permainan komputer semacam ini. Mereka bisa lupa segala-galanya akan tugas mereka yang lain...

Apakah ini melemahkan keyakinan saya? Tentu saja tidak. Ada banyak anak yang berhasil prestasi sekolahnya sementara pada saat bersamaan bisa tetap punya waktu menikmati permainan game nya. Ingat: Salah satu yang diasah dalam permainan komputer masa kini adalah kemampuan untuk melakukan "multitasking" (melakukan banyak tugas pada saat bersamaan). Mustinya mereka sudah sangat terbiasa untuk berpikir ganda seperti belajar, main game dan bantu orang tua di rumah...

Mungkinkah?

Pasti mungkin. Caranya?

Saya sendiri belum punya jawaban instan yang jitu. Namun yang pasti, jangan biarkan anak anda dijauhkan dari game-game komputer, mereka akan dapat banyak pelajaran hidup yang sangat berharga disana.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...