arman puspaCerita pak Arman ini jelas memperlihatkan betapa jauhnya jarak komunikasi antar pucuk pimpinan (Kepsek) dengan staf/teknisi operasional ICT di lapangan. Harapannya, jika ada jembatan antara keduanya berupa posisi cukup tinggi yg didedikasikan utk mengurusi pemanfaatan ICT, maka gap komunikasi tadi bisa dipersempit.
ini kenyataan, ketika belum otda dan ketika waktu masih mengajar di smk saya pernah merasakan hal itu, baru masuk jadi guru honorer ternyata puluhan unit komputer di smk tsb gak bisa dipakai, selama kurang lebih 15 hari instal komputer selesai 23 unit, dan hampir didemo siswa. yg lebih parah anggaran perawatan gak ada, mungkin ada tapi gak dikasih. akhirnya ngutang jaminannya ya saya, eee ... setelah ada tagihan katanya gak ada dana, "dari situlah saya disorot korup oleh guru2 lama" akhirnya hampir 2 tahun baru bisa bayar, itupun sama ka. kurikulum saya disuruh buka kursus di bawah unit produksi, setelah bayar gaji saya sisa angsuran siswa untuk bayar utang pengadaan komponen hardware, akhirnya mati lah saya gak dipercaya lagi sama teman dan jalan buntu kalau ada perlu.
Disitulah pemerintah pinternya ngadain sarana prasarana namun sdm belum disiapkan. yang bener sdm disiapkan dulu baru sarana dan prasarana didatangkan (nah kamu ketahuan..... hanya kejar proyek) tidak hanya itu kalau mau ada sidak dari pusat guru2 dikondisikan dulu yang baik-baik, borok atau kukurangannya disembunyikan, tapi yang namanya bangkai yang bau busuk juga. (ini cerita pengalaman lho ya), mudahan sekarang sudah baik, dan jujur-jujur.
wss arman puspa
Kepsek dapat update yg baik mengenai ICT dari orang terpercaya (CIO). Para teknisi operasional bisa selalu berkomunikasi intensif melalui CIO ini. Jadi komunikasi tdk putus, baik dalam perencanan, implementasi dan tindakan perbaikan.
"ram_kolo"Cerita pak Ramli ini sekali lagi memperlihatkan problem utama pembangunan ICT di sekolah2 kita...
tak ada kata menyerah sudah menjadi bagian dari emosi pejuang it atau ict di indonesia..........
tak ada kata show of force untuk tujuan belajar dan praktek ict di indonesia...........tak perlu khawatir dengan nilai mubazir........
yang saya khawatirkan adalah guliran bantuan berupa dana segar ke kantong yang salah ........... apalagi klo ditambah pengetahuan pemegang kantong klo it atw ict adalah komputer apalagi klo cuman ngerti kalkulator...........
alhasil banyak pejuang ict yang merana di lapangan......
usul nih buat pak khalid mustafa ........... sering seringlah TOURDA turun ke daerah yang rawan salah faham........ saya sendiri sangat terselamatkan karena pak khalid ke lab.ict kami di timur papua ini ......... Sang Upper termangu dengan ketertinggalan ict kami......
wassalam
ramli said , st
ict center smkn3 kota jayapura...
085254358343
Berikut adalah pandangan yang juga sangat menarik karena berisi cerita pak Bambang Riadi mengenai keadaan atau pengalamannya di lapangan.
Dalam hal program IT Depdiknas, tepatnya PSMK sudah cukup bagus walaupun keterlaksanaannya masih belum optimal. Kita lihat mulai dari JIS, Schomap, Jardiknas, Program D3 TKJ (atau sejenisnya, seperti Tenaga MRIT) belum dirasakan oleh semua sekolah.Pejuang ICT di level operasional semangatnya luar biasa tinggi (sampai hutang dari kantong pribadi utk kepentingan lab sekolah). Namun pucuk pimpinan sangat rendah awareness/wawasan/kepeduliannya. Terjadilah "gap komunikasi" yg parah. Kalau ini tdk dibereskan, sulit sekali bisa "take off".
Bagi sekolah yang Kepseknya (atau minimal Wakilnya) melek IT memang berhasil atau setidaknya bisa mengikuti kebijakan PSMK. Menurut saya solusinya adalah memberdayakan guru-guru IT yang ada di sekolah dengan mengupgrade kompetensi mereka melalui penataran mulai dari Teknisi, Jaringan/Networking, sampai Bahasa Pemograman dan program-program lain yang dianggap perlu. Alasannya yaitu, umumnya guru IT adalah mereka yang berlatar belakang bukan komputer (tapi pernah kursus komputer, itupun sebatas operator MS-Office) jadi penguasaan masih kurang. Ketika komputer di sekolah rusak, atau mau membuat jaringan atau membuat program tertentu sekolah mengalami kesulitan. Kalau menerima tenaga baru/tenaga honorer banyak umumnya sekolah keberatan karena akan menambah biaya operasional. Untuk jangka panjang mungkin ini lebih baik daripada program-program yang pernah dilakukan selama ini, walaupun dibutuhkan waktu yang lama.
"bambang_riadi"
CIO (terjemahan: Wakasek Bidang Pemanfaatan ICT) mungkin adalah salah satu cara yg bisa memperbaiki.
Yang berikut ini "unek-unek" pak Arman yang saya pikir adalah karena "leadership" yang belum punya perhatian cukup untuk pengembangan ICT.
Begini Bapak2 dan ibu saya menyampaikan fakta di tahun 1997 s.d 2000 an lah, yang saat itu smk banyak menerima bantuan komputer, dan saya pernah di tahun 1997 di smk yang saya tempati ada kurang labih 60 unit komputer dari dari 386 dx s.d P1, namun waktu saya masuk pertama kali di th tsb, Kompnya tidak dapat beroperasi semua, nah kenapa? Karena kesalahan pemerintah yg langsung menerima masukan dan menetapkan anggaran terus dilaksanakan tidak survai kelapangan dulu tentang SDM, sehingga banyak peralatan yang mubadzir, (maaf sekolah tersebut hampir di demo setiap tahunnya, tetapi ketika saya di sana gak pernah terlaksana karena mereka selalu minta pertimbangan dengan saya dan mau merima saran saya, setelah saya ga disana langsung di demo ketika mulai otda walaupun ada mata2 sekolah yg selalu menyelidi saya dikiranya saya yg ngompori " pakai intel lah")Akhirnya, berikut adalah cerita nyata dari rekan Khoir dari Malang yang bahkan telah menerapkan konsep CIO di sekolahnya. Mungkin bisa dijadikan acuan kedepan dalam menerapkannya.
Menurut sya jangan dilaksanakan dulu proyek 1 T ini, tapi dalam 6 bulan atau 1 th ini siapkan sdm-nya dulu, dan cukup bagus masukan 'CIO" itu kenapa gak kita kaji kemudian kita laksanakan kalau kajian itu meningkatkan efisiensi segalanya dari dana dan tenga. Mungkin akan timbul pertanyaan nah bagaiman 6 bln s.d 1 th sdm dapat disiapkan?
1. sudah ada D3TKJ dan pembimbingnya dapat dimanfaatkan siswanya bisa diberdayakan kan sudah masuk semester 5.
2. Ada perusahaan yg banyak sdm TI, ajukan proposal kerja sama untuk melatih gurunya
3. Guru honorer komputer di sekolah diperhatikan, jangan seperti saya dulu, seorang kepala sekolah tidak bisa menghargai skil seseorang karena cuma honorer, sudah jadi tukang sapu, teknisi merangkap mengajar, tunjangan teknisinya di berikan kepada TU yang dilatih teknisi di bandung tapi gak bisa apa2.
Mungkin timbul pertanyaan, kenapa tahun 1998 pelatihan di bandung bukan bapak yg dikirim?, ya itu tadi "guru honorer" bagi sekolah kan gak masuk hitungan, yang masuk hitungannnya sekolah tenaganya saja dimanfaatkan kalau perlu di peras, gmn gak diperas, wong saya waktu itu kalau pulang dari sekolah paling cepat jam 21.00, kadang jan 24.00 kl ada komputer yang rusak. (Kalau honor jangan tanya, sama dengan mereka bukan jam murni, cukup untuk beli bensin 1 bulan)
arman puspa
Sebenarnya konsep pak CIO itu bagus sekali dan kalo diterapkan bisa menghemat beaya yang lumayan.Keywords: sekolah berbasis ICT, sekolah berbasis IT, sekolah berbasis teknologi informasi, pembelajaran berbasis IT, pembelajaran berbasis teknologi, pembelajaran berbasis ICT, belajar berbasis IT, belajar berbasis ICT, belajar berbasis teknologi
Sekedar sharing di sekolah saya konsep tersebut sudah kami terapkan dan hasilnya lumayan efektif dan efisien. Karena sekolah saya adalah sekolah swasta maka kami harus sehemat dan se-efisien mungkin dalam mengelola sekolah.
Struktur organisasi sekolah kami susun sedemikian rupa dan tidak mengikuti PAKEM pada umumnya. Sekolah2 pada umumnya memiliki kepala sekolah, wakasek, kajur, kabeng dll, sedangkan ditempat saya satu level kami pangkas sehingga menjadi Kepsek, Kepala Bidang Keahlian (MESIN, OTOMOTIF, Elektro &TIK), Kabid. Kesiswaan, dan Kabid Bursa Kerja), dan dibawahnya ada Kabeng dll. Kabid Kurikulum tidak ada. Karena 1 orang waka kurikulum pasti tidak faham kurikulum semua jurusan sehingga masih dibutuhkan KAJUR (dan ini tidak efisien). Kabid memiliki tugas dan tanggung jawab sepenuhnya mengelola Bidang keahlian masing2. Misalnya Kabid TI, dia berkewajiban mengelola dari kurikulum TI, PBM TI, monitoring guru dan lain lain, semuanya sampai maju-mundurnya bidang keahlian menjadi tanggung jawab kabid tersebut. Dan akan terjadi persaingan sportif antar kabid keahlian untuk memajukan bidang keahlian masing-masing. Struktur seperti diatas sudah kami jalankan 10 tahun terakhir dan memang efisien dan efektif.
Jam 'Iyatul Khoir
Chief Of Electric and ICT Departments
VOCATIONAL SCHOOL PGRI 3 Malang
Jl. Raya Tlogomas Gg. IX No. 29 Malang
Phone : 0341-554383
Mobile : +628123312325
1 comment:
SOLUSI EFISIENSI BAGI SEKOLAH
Mohon ijin, saya ingin memberikan informasi yg mungkin dapat membantu mewujudkan program buku murah melalui “Buku Digital” Depdiknas.
Untuk mencetak buku murah ini diperlukan cara pencetakan buku yang tepat, dimana masing-masing sekolah atau secara kolektif mencetak/memperbanyak buku tersebut dengan biaya seminimal mungkin. Salah satu cara yang paling tepat adalah dengan menggunakan mesin GESTETNER Digital Duplicator/stensil atau lebih dikenal dengan GESTETNER COPYPRINTER.
Mesin Gestetner CopyPrinter ini dapat mewujudkan program buku murah dikarenakan biaya cetak GESTETNER COPYPRINTER sangat rendah/murah, dapat mencapai hanya Rp.5/lembar jika mencetak dalam jumlah banyak(hemat 95% dibanding Photocopy) bahkan biayanya akan jauh lebih murah jika dibandingkan dengan percetakan.
Mesin ini mencetak dengan hasil kualitas digital yang konstan dan sangat bersih mulai cetakan pertama hingga terakhir (sangat cocok untuk buku teks), dengan kecepatan cetak 90 - 130 lembar/menit mencetak akan sangat cepat, penggunaan lebih mudah dari mesin photocopy sekalipun (tidak perlu operator khusus), dapat mencetak di kertas tipis ataupun kertas buram/stensil (ini juga merupakan solusi untuk membuat buku lebih murah dapat mmenggunakan kertas koran) mulai 35 gram hingga kertas/karton tebal 230 gram, hemat listrik hanya max.175 watt, dapat mencetak langsung dari komputer(optional).
Dengan harga mesin bersubsidi (khusus sekolah) dari PT. Arotech International selaku Agen Tunggal Gestetner CopyPrinter di Indonesia, harga mesin akan terjangkau oleh sekolah-sekolah dan pengadaan buku pelajaran akan jauh lebih murah. Mari kita sukseskan program pendidikan murah bagi bangsa ini.
Mesin Gestetner juga sangat cocok untuk mencetak Buku/Bahan Ajar,Soal Ujian/Ulangan,modul, Kertas Ulangan, LJK, Bulletin Sekolah dll.
Kami juga membuka kesempatan untuk bekerjasama.
Terima kasih.
PT. Arotech International
Agen Tunggal GESTETNER COPYPRINTER di Indonesia Silahkan hubungi kami di :
Ph : 021- 68777725 ; 6339941-42
sales@arotech-int.com
Post a Comment