"Nikmati" cerita-cerita sedih penuh ironi ini. Terima kasih pada bung Arnold Djiwatampu
UKM Telekomunikasi/TIK Membuktikan Diri, Tetapi Dikalahkan
TKD (Trans Komunikasi Data) misalnya sudah pernah ikut lelang prangkat canggih NGN (Next Generation Network) di Timur Tengah, termasuk dua finalis, dan harus menelan pahit getir karena perusahaan finalis yang satunya memberikan gratis. Andaikata didukung pemerintah dan Asosiasi yang kuat, pasti juga bisa beri gratis, bukan?
Sebelumnya pernah mau ikut lelang NGN di negeri sendiri, tetapi apa lacur? Ketentuan dari lelang perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu mempersyaratkan bahwa yang ikut harus mempunyai pengalaman di 2 negara. Ya, ampun, kalau di negeri sendiri tak dihargai, mana mau negeri lain menghargai. Ketika ditanyakan, kok aturan lelangnya mematikan anak sendiri, Dirutnya bilang dengan enteng bahwa aturan dari atas begitu. Ampun deh, kok tak bisa dirundingkan ke atas, sampai Menteri, dan bahkan kalau perlu Menpan atau Kabinet? Semua, mendukung produk nasional, bukan?
UKM Telekomunikasi Nasional Tidak Nampak di Radar Indonesia
Padahal produk sentral du sentral NGN hasil UKM ini sudah dikembangkan bersama RISTI TELKOM dan dioperasikan secara meyakinkan di daerah rural Sumatera Utara dll. Dan anda mau tahu berapa nilai tambah dalam negerinya? Sembilan puluh prosen (90%), ya betul. Walaupun chip diproduksi di LN (desain rekayasa sendiri), tetapi itu hanya 10% dari nilai jualnya! UKM ini hanya khawatir kalau tidak cukup memperoleh pekerjaan, maka anak buahnya sudah banyak dilirik negeri jiran termasuk Malaysia, dan tentunya UKM kalau selama R&D setahun tak ada yang beli atau pesan, maka jelas harus makan dari mana?
Untungnya perusahaan UKM NGN yang idealis masih bertahan ini, dan yang mengatakan bahwa di belakang mereka masih ada puluhan UKM serupa, masih kebagian a.l. membuat sentral FLEXI dari TELKOM, beberapa saat lalu (entah berapa sekarang) 8 juta dari 10 juta pelanggan Flexi melewati sentral UKM ini. Tetapi itupun dia harus berjuang, karena perusahaan Korea yang ikut lelang akhirnya tak sanggup dengan biaya yang rendah.
Ha, ha, ha, anda sudah baca sebelumnya, suatu perusahaan UKM berbagai perangkat WiFi asal Bogor, akhirnya membuka cabang di Malaysia, dan apa yang terjadi. Dia dapat dana pendukung, fasilitas dan proyek dari Malaysia. Untung dia masih idealis dan tidak sekalian kabur, bukankah perusahaannya tak terlihat di radar dalam negeri Bangsanya sendiri?
Presiden AS Turun Tangan Karena AT&T Kalah
Pada pertengahan tahun 80an, Indonesia menggelar tender internasional untuk suits digital nasional, akhirnya dimenangkan oleh NEC Jepang. Eh, AT&T dari AS tidak mau terima, dan apa yang terjadi, suatu yang hampir tak dapat dipercaya. Presiden AS turun tangan sendiri menghubungi Presiden RI. Lalu apa yang dilakukan Indonesia atas tekanan AS tersebut. Proyeknya dibagi dua, sehingga ya NEC maupun AT&T kebagian.
Begitu loh, suatu negara yang menjagokan diri kampiun liberalisme dan pasar bebas dengan segala omong kosong, akhirnya kalau sudah kepentingan nasional, peduli amat dengan segala macam aturan dunia. Ha, ha, ha, regulasi itu bisa dibuat, kalau sudah menjadi kepentingan nasional, tak usah takutlah.
Sadarkah kita? UKM-UKM telekomunikasi inilah yang merupakan tulang punggung kekuatan bangsa, mereka terus bertahan, dan alangkah hebatnya kalau mereka bisa disatukan kekuatan dan kemampuan mereka. Tinggal kemauan pimpinan saja untuk memberi jalan dan fasilitasi. Mereka tak sulit kok, dan tidak banyak menuntut.
2 comments:
memang betul
hal seperti inilah yang membuat indonesia tidak bisa maju, melebihi negara lain
Jadi kita harus belajar mencintai buatan dalam negeri, begitu? Saya sangat setuju, Pak.
Salam kenal dari sesama narablog pecinta Linux. Semoga kita bisa jadi teman dan narablog yang baik. Insya Allah.
Wassalam,
Ade Malsasa Akbar
Post a Comment