Search This Blog

Hexatar - Make your own cartoon picture

23 November 2007

CIO untuk Sekolah

Pendapat saya, ada yang salah dengan strategi kebijakan yang dijalankan Depdiknas dalam mendorong pemanfaatan ICT di dunia pendidikan kita, terutama di pendidikan dasar dan menengah. Beberapa informasi yang saya tahu, ada paket bantuan insentif kepada sekolah agar memiliki teknisi R/M komputer. Dibuatlah berbakai paket program pendukung seperti program D3 TKJ diseluruh Indonesia, ada Jardiknas yang membagi-bagi bandwidth gratis ke sekolah-sekolah, dst...

Namun, di lapangan, saya melihat bahwa implementasinya amburadul. Teknisi tidak jelas kerjaannya, tidak pernah ada komunikasi antar orang-orang yang bertanggung jawab masalah ICT di sekolah maupun dalam lingkup daerah, tidak ada program jelas mau kemana pemanfaatan ICT. Kepsek merasa bahwa mereka masih "gaptek" dan menyerahkan sepenuhnya masalah ICT, Jardiknas, dll ke "anak-anak muda" termasuk para teknisi yang statusnya pun belum jelas di sekolah...

Pendapat saya, pendekatan itu bernuansa "bottom up". Mungkin akan lebih efektif "top down". Lihat juga cerita-cerita di lapangan yang mendukung pemikiran ini.

Bereskan dulu leadership dunia pendidikan dalam hal ICT. Maksudnya ICT harus dipikirkan, dirumuskan dan diimplementasi di level yang tinggi di setiap sekolah. Harus ada CIO yang membantu Kepsek untuk peran tersebut. CIO akan menjadi jembatan bagi kebutuhan organisasi dengan para pegambil kebijakan serta para teknisi lapangan. Saya lihat di lapangan, dimana ada leadership yang cukup, ICT akan bisa didorong pemanfaatannya di dunia pendidikan, namun bila tidak, maka sulit untuk dimajukan...

Jadi... mungkin lebih perlu agenda besar-besaran untuk pembentukan CIO di sekolah, baru kemudian diikuti dengan penyediaan perangkat keras, teknisi pendukung, dll. Bahkan, apabila needs bisa di create di sekolah, maka perangkat, teknisi, dll tidak perlu disediakan pemerintah, mereka akan inisiatif cari sendiri.

CIO (Chief Information Officer), ini memang istilah organisasi bisnis. Kita pasti kenal dengan istilah CEO (Chief Executive Officer), nah... kalau dianalogikan ke organisasi sekolah, CEO itu Kepala Sekolah, mungkin CIO bisa diterjemahkan sebagai Wakasek Bidang Teknologi Komunikasi & Informasi.

Maksud utamanya adalah menciptakan posisi/otoritas yang cukup tinggi dalam sekolah yang mengerti dan mampu menyusun strategi dan mengimplementasikan ICT di sekolah. Kenapa bukan Kepsek yang ditraining saja dengan fungsi CIO? Saya pikir, lebih baik cari "orang muda/energik/penuh semangat belajar" utk dijadikan CIO, dari pada melatih Kepsek yang identik dg sifat birokratis/kaku/malas belajar lagi.

Fungsi CIO? Jadi jembatan bagi pengambil keputusan tertinggi dengan layer operasional (guru, siswa, staf/teknisi, orangtua siswa, industri, dll). CIO juga harus mempunyai wawasan ICT yang cukup untuk mampu meng-explore kemungkinan pemanfaatan ICT di sekolah serta menidaklanjuti potensi-potensi yang mungkin diimplementasi.

Tujuan? Tentu saja menjadikan sekolah menjadi melek dan butuh ICT.

Tentu saja ini perjalanan jauh... tapi saya punya keyakinan bahwa pendekatan ini akan lebih "kena sasaran" bila kita belajar dari keadaan realistis di lapangan.

Pemikiran ini juga murni muncul karena kekuatiran atas SDM, Hardware, Software dan Network yang akhirnya waste karena tidak ada "ICT leadership" di sekolah-sekolah. Kebetulan ada cukup banyak fakta di lapangan yang mendukung.

Bayangkan bila benar isu bantuan komputer pemerintah pusat senilai Rp 1 triliun kepada sekolah-sekolah di seantero nusantara, apa yang akan terjadi bila organisasi sekolah-sekolah tidak siap untuk memanfaatkan dan memeliharanya?

Yang mana duluan? CIO dulu baru yang lain, atau sebaliknya? Saya pikir hal ini bisa disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Berapa lama? Mungkin bisa beberapa pendekatan yang dipakai untuk "mencetak" para CIO Sekolah ini. Kalau di UGM ada S2 CIO, atau Dikmenjur punya D3 TKJ, saya pikir pendekatan tahap awal adalah memberi semacam "intensive training" 1-2 bulan dengan tekanan pada hands-on experience, pembukaan wawasan, serta change management. Ingat bahwa mereka tidak perlu belajar aspek teknis terlalu jauh. Kedepan mungkin bisa dipikirkan bentuk pengayaan lebih advance seperti program S2. Tapi memang pasti akan jadi program yg sangat panjang kalau mau diterapkan secara nasional.

Keywords: sekolah berbasis ICT, sekolah berbasis IT, sekolah berbasis teknologi informasi, pembelajaran berbasis IT, pembelajaran berbasis teknologi, pembelajaran berbasis ICT, belajar berbasis IT, belajar berbasis ICT, belajar berbasis teknologi

6 comments:

Unknown said...

ya, kalo kata saya, visi kita masih lemah, makanya kebijakan yang sudah ada pada saat implementasi jadinya setengah-setengah dan lalu malah bisa mentah pula. sayang sekali ya. ya itu dia, teknologi (informasi) lebih dilihat sebagai pajangan, atau ornamen tambahan, bukan sebagai alat yang dapat terintegrasi dalam pembelajaran yag dapat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar.

Anonymous said...

mungkin yg baik kita mulai dari sekolah kita dulu...ceritakan perkembangannya di blog yg memang perlu di ketahui oleh temen lain sharing info itu penting..
met mencoba...ghp

Web Admin said...

terima kasih utk pak iwan yg jauh2 dari USA bisa kasih komentar. saya melihat bhw ada "missing link" yg membuat kebijakan diatas dan implementasi di lapangan tdk nyambung...

Web Admin said...

untuk pak gatot, saya sepakat bhw konsep2 harus "diuji" dan didiskusikan secara publik agar didapat pandangan2 dari berbagai sisi yang akan memperkuat konsep tsb utk diterapkan secara sukses di lapangan. ide CIO di sekolah ini juga berangkat dari pengalaman di sekolah kami yang dipimpin oleh figur yg punya wawasan IT bagus. hasilnya jelas sekali betapa sekolah tsb bisa jauh lebih baik dibanding sekolah lain... banyak tulisan di blog ini adalah bagian dr sharing saya ke rekan2 lain.

Anonymous said...

gampang aja kalo saya,semuanya harus berubah mulai dari atas hingga bawah...yang di atas harus tegas mengawasi dan untuk sekolahnya,kepsek dan wakepsek yg menjadi CEO dan CIO, harus mengetahui betapa pentingnya dan perlunya ICT..pihak sekolah yang dipimpin KEPSEK harus menganggarkan dana untuk keperluan teknologi di sekolahnya..bukan hanya untuk membelinya,tapi jg merawatnya..jgn seperti kasus "arman puspa",,baru masuk dah kas bon...


Dian Ida Merdekasari,S.Pd
Pascasarjana S2 Kependidikan
Universitas Mulawarman

Web Admin said...

bu ida, terima kasih atas komentarnya, mudah2an tidak ada lagi orang2 kecil yang terjepit karena dedikasinya mengembangkan sekolah tidak didukung oleh leadership dan sistem yg baik... amin...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...