Akhirnya KPU mau juga melakukan quick count sendiri. Dengan sederhananya pilihan di Pilpres ini yang hanya ada 3 peserta, maka sangat memungkinkan melakukan quick count yang reliable. Dari berita yang dirilis Kompas di H-1 dari tanggal Pilpres, KPU bekerjasama dengan Telkomsel yang menyediakan sistem aplikasinya yang berbasis SMS, Telkomsel juga menyediakan 45 ribu nomor Telkomsel yang merupakan 10% dari total jumlah TPS, Telkomsel juga secara otomatis menyediakan jaringannya untuk penerapan sistem ini. Teknologinya sederhana dan operator telekomunikasi seluler pasti sudah sangat berpengalaman menjalankan operasi demikian. Rasanya polling KDI atau Indonesia Idol pasti akan lebih kompleks dari sistem ini.
Pertanyaan pertama adalah tentang pemilihan TPS yang dijadikan sampling, harus ada metode sampling yang betul-betul shahih agar bisa dapat hasil dengan margin error rendah. Pertanyaan kedua, sampai dimanakah para petugas KPU bisa akurat mengetik pesan pendek SMS sehingga bisa masuk dengan akurat ke sistem KPU/Telkomsel. Namun dengan sudah terbiasanya masyarakat mengetik berbagai pesan rumit berbasis teks seperti berbagai layanan "REG" di SMS, rasanya human error akan relatif rendah. Kita tunggu sama-sama, sampai sejauh mana sistem ini akan berhasil jalan mulus, dan seberapa jauh ketepatannya dalam meramah hasil akhir Pilpres.
Update 14 Juli 2009:
Setelah perhitungan beberapa hari pakai SMS, KPU menutup service ini tanpa alasan jelas. Saat saya ke situs KPU hanya tertulis bahwa perhitungan via SMS sudah ditutup. Sayang juga, sistem ini bisa menjadi alternatif yang baik bagi keadaan seperti di negeri kita, namun ternyata banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Saya lampirkan dibagian bawah beritanya dari VivaNews.
--------------------
KPU Tayangkan "Quick Count" di Media Center
Selasa, 7 Juli 2009 | 23:14 WIB
Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan menayangkan hasil penghitungan suara cepat pemilu presiden, Rabu (8/8) besok. Rencananya, KPU akan memasang layar lebar di media center, Kantor KPU, Jakarta untuk menampilkan penghitungan suara cepat yang menggunakan sistem layanan pesan singkat (SMS).
"Di sini akan kita siapkan sebuah layar mungkin di media center yang bisa dilihat. Penghitungan suara selesai hari itu juga sampai jam 12.00 malam," kata Anggota KPU Abdul Aziz, ketika ditemui di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (7/7) malam.
Aziz menjelaskan hingga kini pihaknya telah menyebarkan sekitar 45.000 nomor Telkomsel yang teregistrasi di tiap TPS atau sekitar 10 persen dari total jumlah TPS di Indonesia sebanyak 450.129 .
"Kami harap akan lebih banyak lagi, umumnya sudah mewakili wilayah NTT, Papua, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Kami harapkan besok bisa 50.000 sampai 60.000," ujarnya.
Nantinya, anggota KPPS di tiap-tiap KPPS yang telah teregistrasi nomornya, akan mengirimkan secara langsung hasil perolehan suara melalui SMS ke KPU Pusat. Hasil SMS yang dikirimkan oleh anggota KPPS tersebut, akan langsung ditayangkan di Media Center KPU.
Terkait hal ini, menurut Aziz, pihaknya telah melakukan sosialisasi ke tiap-tiap TPS. Adapun untuk pengamanannya, Telkomsel, sebagai mitra kerjasama, telah menyiapkan jalur tersendiri untuk pengiriman SMS ini. "Semua data hanya bisa dibuka memakai kode khusus yang hanya satu orang KPU pusat yang tahu dan satu orang dari Telkomsel," tuturnya.
Penggunaan sistem SMS ini merupakan pilot project KPU. Bila dalam pilpres ini berhasil, KPU akan meningkatkannya untuk pilpres tahap II.
-----------------------
Tabulasi Pilpres KPU Dihentikan
Jeirry : KPU Terlalu Bergantung Pada IF ES
Penghentian ini dinilai sebagai salah satu akibat dari kurangnya kordinasi.
Jum'at, 10 Juli 2009, 16:46 WIB
Ismoko Widjaya, Mohammad Adam
http://politik.vivanews.com/news/read/74173-kpu_diduga_telah_diintervensi_asing
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menghentikan penghitungan suara tabulasi nasional Pemilu Presiden (Pilpres) melalui SMS (pesan singkat). Jeirry Sumampow, Kordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia (TEPI) mengeceam keras. Dia menuduh IFES berada dibalik penghentian itu.
IFES atau International Foundation for Electoral System adalah organisasi nirlaba asal Amerika Serikat. Dalam pemilihan presiden, lembaga itu membantu KPU melakukan tabulasi elektronik dengan mengunakan teknologi pesan pendek (SMS).
Hasil perhitungan suara dikirim secara langsung dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) - lewat pesan pendek alias SMS - ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Oleh karena jumlah TPS dalam pemilihan presiden sekitar 450 ribu, maka sejumlah itu pula lah nomor telepon yang mengirim data ke pusat. Semua nomor telepon itu harus diformat secara khusus di KPU.
Semula perhitungan lewat SMS ini berjalan lancar. Sampai jumlah suara yang masuk sekitar 18 juta. Tapi sejak kemarin sore perhitungan elektronik itu berhenti sama, tanpa diumumkan sebab musababnya. Masyarakat tak bisa lagi mengakses pusat penghitungan suara Pilpres di situs resmi KPU.
Jeirry menilai bahwa semrawutnya perhitungan elektronik itu karena KPU semata-mata bergantung pada IFES. Semua mekanisme dan cara kerja hitung cepat ini juga diserahkan kepada IFES. "Mulai dari perencanaan hingga implementasinya dikerjakan oleh IFES, "kata Jeirry. Padahal, lanjutnya, "Kita tidak tahu, IFES ini kepentingannya apa. Kredibilitasnya juga diragukan," kata Jeirry.
Ketua KPU Abdul Hafiz Anshari menegaskan bahwa perhitungan elektronik itu diserahkan ke IFES karena berbagai pertimbangan. Antara lain karena IFES bersedia menanggung biaya program ini. Jadi meringankan beban KPU.
Program IFES itu sudah dipelajari secara seksama oleh KPU. "Program itu sudah dipelajari oleh tim IT kami. Kami menerima manfaat besar dari program ini," kata Hafiz usai sholat Jumat hari ini.
ismoko.widjaya@vivanews.com
No comments:
Post a Comment