Tumpukan kartu lebaran teronggok rapi di pintu utama Gramedia Samarinda tanpa ada yang menghampiri. Puasa sudah masuk hari ke-10, tampaknya tak seorangpun tertarik untuk membeli kartu-kartu yang indah dan eksklusif itu. Saya hampiri sejenak tumpukan itu, kartunya bagus-bagus, desainnya cantik, kemasannya eksklusif, harga juga relatif murah mulai dari Rp 5000. Namun kenapa tak ada yang membelinya?
Saya teringat masa-masa sebelum tahun 2000, masa dimana saya dan keluarga selalu meluangkan waktu dan uang untuk membeli kartu-kartu seperti ini menjelang hari raya Idul Fitri. Kemudian biasanya saya mendapat tugas untuk menulis isi ucapan dan alamatnya yang diambil dari buku alamat orangtua saya. Kebanyakan dikirim untuk kerabat, handai taulan yang berada diluar daerah kami. Membawanya ke kantor pos, membeli perangko, menempelnya dan memsukkannya ke kotak surat di kantor pos. Suatu proses yang saya nikmati selalu selama bertahun-tahun. Keluarga kami juga menerima banyak sekali kartu dari keluarga dan teman. Saat petugas pos datang ke rumah membawa tumpukan kartu lebaran untuk kami, dngan tidak sabar kami membukanya dan menerka-nerka dari mana saja asalnya. Sungguh suatu momen yang indah dan tak terlupakan.
Saat ini, anak-anak saya tak mengenal kartu lebaran. Mereka hanya kenal SMS ucapan selamat hari raya yang datang membanjir menjelang lebaran. Memacetkan traffic jaringan telepon seluler. Ucapan yang beraneka ragam isinya, dengan berbagai cara mengetiknya. Namun tetap saya merasa SMS-SMS itu hanya tinggal suatu "coretan digital" tanpa makna. Coretan yag dalam banyak keadaan hanya saya nikmati sendiri, saya kirim sendiri tanpa melibatkan siapa-siapa dalam keluarga saya. Kebanyakan juga hanya saya copy dan paste dari kiriman orang lain yang tampaknya bagus, kemudian saya ganti namanya dengan nama saya.
Suatu fenomena teknologi merubah makna kehidupan kita? Apakah harus kita tolak untuk mengembalikan keindahan masa lalu. Menolak teknologi yang merasuk ke segala sendi kehidupan adalah suatu kemustahilan di hari begini.
Yang bisa kita lakukan mungkin hanya mengenang masa lalu yang indah itu, mencoba men-transfer-nya ke anak-anak kita. Bila tidak bisa, biarlah dia menjadi sejarah yang tidak akan terulang lagi di masa depan. Mungkin tulisan ini juga akan menjadi saksi sejarah. Sejarah ketika posting di Facebook akan jadi sarana utama mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri. Saat ketika Rp 150/SMS sudah tidak cukup bisa alat pengucap selamat yang trendy lagi...
Selamat Idul Fitri 1430 H
Mohon Maaf Lahir dan Bathin...
1 comment:
setuju ...
sewaktu saya kecil tiap tahun ikut bapak pilih2 setumpuk kartu lebaran lalu lihat penulisan tujuannya lalu ke kantor pos ... seninya beda dgn seni SMS, facebook, email dan temen2nya ... :)
Yang mau tahu kondisi live jalan lewat kamera dari jalan mudik boleh mampir ke sini
http://richocean.wordpress.com/2009/09/16/video-live-h-4-siang-situasi-jalan-lebaran-idul-fitri-1430h-jalur-utara-selatan-jawa-merak/
Yang mau mudik naik mobil pribadi boleh mampir ke blog saya
http://richocean.wordpress.com/2009/09/15/tips-mudik-mobil-pribadi-bandung-malang-lewat-jalur-tengah-jawa/
Buat rekan2 yang mau berikirim2 ucapan Idul Fitri, boleh mampir ke tempat saya,
http://richocean.wordpress.com/2009/09/14/kirim-sekarang-ucapan-idul-fitri-anda/
atau jika sempat main ke blog saya ttg wisata alam:
http://richmountain.wordpress.com/wisata/rizqi-firdaus-agro-wana-widya-wisata-1/
salam kenal :lol:
Post a Comment